Korean Air Hentikan Layanan Penerbangan 40 Menit Sebelum Mendarat

Korean Air - The Korea Times

Korean Air telah menghentikan layanan di dalam penerbangan 40 menit sebelum mendarat. Namun, hal itu diberlakukan untuk penerbangan jarak menengah dan jauh saja. Ini terjadi setelah turbulensi ekstrim yang menewaskan satu orang dan melukai puluhan orang dalam penerbangan Singapore Airlines (SIA) pada bulan Mei lalu.

Peraturan ini mulai berlaku pada 1 Juli. Tepat pada hari yang sama ketika maskapai penerbangan terbesar di Korea Selatan ini mengumumkan langkah tersebut.

The Korea Times mengatakan bahwa langkah ini dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak waktu bagi awak kabin untuk fokus pada keselamatan penumpang. Dan juga awak kabin dapat fokus kepada diri mereka sendiri sebelum pesawat turun, ketika kecelakaan paling mungkin terjadi.

Sebelumnya, layanan kabin pada Korean Air akan berhenti 20 menit tepat sebelum mendarat. Atau umumnya setelah pesawat biasanya mulai turun.

Turbulensi sangat umum terjadi saat pesawat turun karena pesawat menghadapi perbedaan suhu yang besar antara ketinggian, kata maskapai tersebut.

Cuaca buruk menjadi lebih umum, dengan kejadian turbulensi meningkat dua kali lipat pada kuartal pertama tahun 2024. Peningkatan itu terjadi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019, tambahnya.

Pada tanggal 21 Mei, penerbangan Singapore Airlines dari London ke Singapura mengalami apa yang digambarkan oleh maskapai tersebut sebagai turbulensi yang tiba-tiba dan ekstrem saat terbang di atas Myanmar, dengan orang-orang dan benda-benda yang terlempar ke langit-langit.

Seorang penumpang asal Inggris berusia 73 tahun meninggal dunia akibat dugaan serangan jantung dan puluhan orang terluka. Beberapa penumpang lainnya mengalami cedera sumsum tulang belakang, otak, dan tengkorak.

Pesawat yang membawa 211 penumpang dan 18 kru tersebut dialihkan ke Bangkok untuk melakukan pendaratan darurat. Setelah kejadian tersebut, Singapore Airlines mengatakan bahwa mereka akan mengambil pendekatan yang “lebih hati-hati” dalam mengelola sistemnya.

Kurang dari seminggu kemudian pada tanggal 26 Mei 2024, sebuah penerbangan Qatar Airways mengalami turbulensi parah. Turbulensi terjadi saat pesawat sedang terbang di atas Turki dalam rutenya dari Doha ke Dublin, yang mengakibatkan 12 penumpang terluka.

Menurut studi pada bulan Juni 2023 yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Reading di Inggris, turbulensi penerbangan kemungkinan akan semakin kuat akibat perubahan iklim. Studi tersebut menemukan bahwa udara yang lebih hangat akibat emisi CO2 meningkatkan pergeseran angin pada aliran jet. Kemudian hal itu bisa memperkuat turbulensi udara jernih pada rute penerbangan di Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Atlantik Selatan.