Kepala eksekutif Boeing, Dave Calhoun, akan mengatakan kepada para anggota parlemen AS pada hari Selasa bahwa ia memahami kekhawatiran tentang budaya keselamatannya setelah keadaan darurat di udara pada bulan Januari yang menimbulkan kekhawatiran.
Dalam pernyataan yang disiapkan menjelang sidang sub-komite Senat AS, ia mengatakan: “Budaya kami masih jauh dari sempurna, tetapi kami mengambil tindakan dan membuat kemajuan. Kami memahami beratnya masalah ini.”
Perusahaan ini telah menjadi sorotan sejak sebuah pintu yang tidak terpakai jatuh dari pesawat 737 Max yang baru.
Kejadian itu terjadi dalam sebuah penerbangan yang dioperasikan oleh Alaska Airlines, meninggalkan lubang yang menganga di bagian sampingnya.
Dalam investigasi yang berlangsung, disebutkan bahwa ada beberapa model Boeing memiliki masalah produksi yang serius.
Para pelapor Boeing mengatakan kepada Senat pada bulan April bahwa 737 Max, 787 Dreamliner, dan model 777 memiliki masalah.
Namun, kekhawatiran tentang sikap Boeing terhadap kondisi keselamatan dan kontrol kualitas di pabrik-pabriknya bukanlah hal yang baru.
Perusahaan ini menghadapi kritik keras semenjak lima tahun lalu.
Itu terjadi setelah dua pesawat 737 Max hilang dalam kecelakaan yang terpisah namun hampir sama, menewaskan 346 orang.
Calhoun juga diperkirakan akan meminta maaf kepada keluarga yang terkena dampak kejadian tersebut.
Hal itu akan menandai pertama kalinya ia memberikan kesaksian di depan panel selama masa jabatannya sebagai kepala eksekutif.
“Kami turut berduka cita atas kehilangan Anda,” demikian komentar pembuka yang telah disiapkannya, seperti dikutip dari CNN.
“Tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan orang-orang yang menaiki pesawat kami.”
Dia menjadi kepala eksekutif Boeing pada tahun 2020 ketika perusahaan itu terguncang setelah kecelakaan fatal.
Pada bulan Oktober 2018, kecelakaan Lion Air menyebabkan Boeing 737 Max dikandangkan sementara.
Seluruh 189 orang yang berada dalam penerbangan tersebut meninggal dunia setelah pesawat jatuh ke Laut Jawa 13 menit setelah lepas landas dari Jakarta, Indonesia.
Pada bulan Maret 2019, sebuah penerbangan Ethiopian Airlines, jatuh enam menit setelah lepas landas dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Pesawat tersebut merupakan jenis Boeing 737 Max.
Seluruh 157 orang di dalam pesawat tewas dan kedua kecelakaan ini disebabkan oleh sistem kontrol penerbangan yang rusak.
Sejak insiden tahun 2018 dan 2019, anggota keluarga korban tewas, beberapa di antaranya masih berupaya menyelesaikan tuntutan hukum terhadap perusahaan.
Beberapa di antaranya berencana untuk menghadiri sidang pada hari Selasa.
Zipporah Kuria, yang kehilangan ayahnya dalam kecelakaan tahun 2019, adalah salah satunya.
“Saya terbang dari Inggris ke Washington, DC, untuk mendengar secara langsung apa yang dikatakan kepala eksekutif Boeing kepada Senat dan kepada dunia tentang perbaikan keselamatan yang dilakukan di perusahaan itu,” katanya dalam sebuah pernyataan menjelang sidang.
“Kami tidak akan berhenti sampai kami melihat keadilan,” tambahnya.
Berbicara menjelang sidang pada hari Selasa, Senator Richard Blumenthal, yang mengetuai panel, memberikan pernyataan.
Ia mengatakan : “Boeing harus memperbaiki budaya keselamatan yang rusak dan itu adalah tugas manajemen ke depan.”
“Bertahun-tahun mengutamakan keuntungan di atas keselamatan, harga saham di atas kualitas, dan kecepatan produksi di atas tanggung jawab telah membawa Boeing pada saat perhitungan ini, dan janji-janji kosongnya tidak dapat lagi bertahan,” tambahnya.
Calhoun, dikabarkan akan segera pensiun dansebelumnya juga menjabat sebagai presiden selama empat tahun terakhir.
Ia mengatakan dalam sambutannya yang telah dipersiapkan bahwa pihaknya “bersyukur” tidak ada korban jiwa dalam insiden Alaska Airlines.
“Saya berasal dari industri ini, dan saya tahu betul bahwa ini adalah industri di mana kita harus melakukannya dengan benar, setiap saat,” tulisnya.
Dia juga menambahkan bahwa setelah insiden tersebut, perusahaan telah bekerja sama dengan investigasi yang dilakukan oleh pihak berwenang AS.
Selain itu, perusahaan juga mendengarkan karyawan dan mengadakan “stand down” di pabrik-pabrik untuk mengatasi masalah potensial.
Pada bulan Mei, perusahaan juga mempresentasikan kepada regulator sebuah rencana yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pesawatnya.